PENDAHULUAN
Latar Belakang
Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih besar bagi daerah untuk mengatur dan mengurus wilayahnya sendiri dari mulai perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan monitoring serta evaluasi. Pemerintah daerah dituntut bisa menjadi perencana yang baik bagi seluruh kegiatan pembangunan daerah yang tentunya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Pembangunan daerah pada bidang ekonomi dititikberatkan untuk mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan penyediaan lapangan kerja, meningkatkan penyediaan lapangan kerja, memperbaiki kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dan mengurangi ketimpangan antar daerah. Yang paling utama bagi daerah adalah penciptaan lapangan kerja (Syaukani dkk, 2002, 222).
Kabupaten Bogor sebagai salah satu kabupaten yang memiliki kewenangan otonomi seperti kabupaten/kota lainnya di nusantara. Pemerintah Kabupaten Bogor dituntut untuk kreatif dalam menyusun perencanaan daerah agar sesuai dengan karakteristik daerahnya, khususnya kemampuan menciptakan kesempatan kerja untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang tinggi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Ini akan menjadi proses yang merupakan suatu tantangan karena dilihat dari beberapa indikator makro yang dimiliki oleh Kabupaten menunjukkan kondisi yang belum optimal.
Indikator yang paling umum digunakan untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat (perekonomian) suatu daerah adalah dengan melihat pendapatan regionalnya. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kabupaten Bogor empat tahun terakhir terlihat seperti table 2 dimana rata-rata pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor terendah diantara 8 kabupaten/kota lainnya di Jabodetabek yakni sebesar 5,86 %. Laju pertumbuhan tersebut masih di bawah rata-rata pertumbuhan kabupaten/kota lain Jabodetabek.
Tabel 1
PDRB Kabupaten/Kota Se Jabodetabek
Tahun 2004 - 2009
Dalam Milyar Rupiah | ||||
Kota/Kab | Tahun | |||
2004 | 2005 | 2006 | 2009 | |
Jakarta | 278.524,82 | 295.270,54 | 312.826,71 | 332.971,26 |
Kab Bogor | 23.671,43 | 25.056,37 | 26.546,19 | 28.150,62 |
Kota Bogor | 3.361,44 | 3.567,23 | 3.782,27 | 4.012,74 |
Depok | 4.440,88 | 4.750,03 | 5.066,13 | 5.418,25 |
Bekasi | 11.112,52 | 11.739,95 | 12.453,01 | 13.255,15 |
Kota Tangerang | 20.079,27 | 21.462,17 | 22.932,60 | 24.505,12 |
Kab Tangerang | 15.323,65 | 16.445,46 | 17.576,75 | 18.789,46 |
Sumber : BPS 2004 dan 2009, diolah
Pada tabel 1, Kabupaten Bogor dilihat dari pendapatan regionalnya sebesar Rp 28 milyar setiap tahun merupakan kabupaten dengan PDRB terbesar nomor 2 se-Jabodetabek setelah Jakarta, namun laju pertumbuhan PDRB dibandingkan daerah lain se Jabodetabek selama 4 tahun dari tahun 2004 - 2009 paling rendah dengan rata-rata 5,86 % seperti terlihat dalam tabel 2, sehingga indikator makro ini merupakan tantangan yang harus dijawab bagi para pengambil kebijakan di Kabupaten Bogor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000).
Tabel 2
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Se Jabodetabek
Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000
Tahun 2004 - 2009
Kota/Kab | Tahun | Rata-Rata | |||
2004 | 2005 | 2006 | 2009 | ||
Jakarta | 5,70 | 6,06 | 5,96 | 6,46 | 6,05 |
Kab Bogor | 5,58 | 5,85 | 5,95 | 6,04 | 5,86 |
Kota Bogor | 6,10 | 6,12 | 6,03 | 6,09 | 6,09 |
Depok | 6,50 | 6,96 | 6,65 | 6,95 | 6,77 |
Bekasi | 5,38 | 5,65 | 6,07 | 6,44 | 5,89 |
Kota Tangerang | 5,75 | 6,89 | 6,85 | 6,86 | 6,59 |
Kab Tangerang | 6,41 | 7,32 | 6,88 | 6,90 | 6,88 |
Sumber : BPS 2004 dan 2009, diolah
Rumusan Masalah Penelitian
Pertumbuhan ekonomi salah satu indikatornya adalah PDRB yang menunjukkan kenaikan tingkat output total yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Peningkatan output bisa dilakukan melalui peningkatan kesempatan kerja. Kesempatan kerja meningkat akan berpengaruh pada peningkatan daya beli masyarakat dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agar mata rantai ini tercapai maka perlu dilakukan analisis kesempatan kerja di Kabupaten Bogor diantaranya :
1. Berapakah kesempatan kerja nyata di Kabupaten Bogor yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Jabodetabek, bauran industri dan keunggulan kompetitif yang dimiliki?
2. Sektor-sektor manakah sebagai sektor basis yaitu sektor yang memiliki kesempatan kerja lebih dari cukup (mampu menyediakan produknya-produknya lebih dari cukup) ?
3. Berapakah besarnya pertambahan kesempatan kerja total sebagai akibat dari adanya pertambahan kesempatan kerja di sektor basis?
Tujuan Penulisan
1. Menganalisis kesempatan kerja nyata di Kabupaten Bogor yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Jabodetabek, bauran industri dan keunggulan kompetitif yang dimiliki.
2. Menganalisis sektor-sektor basis yaitu sektor yang memiliki kesempatan kerja lebih dari cukup (mampu menyediakan produk-produknya lebih dari cukup).
3. Menganalisis besarnya pertambahan lapangan kerja total sebagai akibat dari adanya pertambahan lapangan kerja di sektor basis.
Tinjauan Pustaka
Dalam penelitiannya Tri Widodo (2006) mengambil judul ‘Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Malang terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi (Provinsi Jawa Timur). Penelitian ini menggunakan metode shift share, Location Quotient (LQ) dan Tipologi Klasen. Dalam penelitiannya dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Sektor tradisional Kabuapten Malang lebih potensial dibandingkan sektor lainnya yang identik dengan Kabupaten Malang, sebagai salah satu penyangga sektor pertanian di Jawa Timur. Namun demikian seiring dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi daerah bahwa salah satu ciri kemajuan ekonomi tersebut indikatornya adalah pergeseran struktur kegiatan ekonomi masyarakat dari sektor primer menuju ke arah sektor modern. Indikasi ini terlihat jelas di Kabupaten Malang bahwa sektor sekunder dan tersier memiliki potensi yang relatif baik untuk dikembangkan di masa mendatang sebagaimana hasil dari analisis SLQ selama periode tahun 1998 – 2000.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti guna memperkuat/mendukug penelitian ini. Data utama yang digunakan adalah data kesempatan kerja yang terwakili oleh jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha utama tahun 2004 dan 2009 di Kabupaten Bogor dan Jabodetabek.
Metode Penelitian
1. Analisis shift share
Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu :
a. Pertumbuhan kesempatan kerja Jabodetabek yang menunjukan bagaimana pengaruh pertumbuhan kesempatan kerja Jabodetabek terhadap kesempatan kerja Kabupaten Bogor.
b. Pergeseran Proposional (proportional shift), yang menunjukan perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi yang lebih besar. Pergeseran Proposional (proportional shift) disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix). Pengukuran ini memungkinkan kita mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsetrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan referensi.
c. Pergeseran diferensial (differential shift) yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa besar daya saing industri daerah dengan perekonomian yang menjadi referensi. Jika pergeseran diferensial dari suatu indutri adalah fositif, maka industri tersebut relatif lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan referensi. pergeseran diferensial ini disebut juga pengaruh keunggulan kompotitif.
Formula yang digunakan untuk analisis shift share ini adalah sebagai berikut :
Dampak nyata kesempatan kerja daerah atau hasil penjumlahan dari pengaruh kesempatan kerja dari wilayah yang menjadi benchmark adalah :
(1) Dij = Nij + Mij + C ij atau Dij = Eij* - Eij
Pengaruh Kesempatan kerja Jabodetabek
(2) Nij = Eij x rn
Pergeseran Proporsional atau pengaruh bauran industri
(3) Mij = Eij (rin – rn)
Pengaruh keunggulan Kompetitif
(4) Cij = Eij(rij – rn)
Kesempatan Kerja Sektor i di Kabupaten Bogor
(5) Eij
Kesempatan kerja sektor i di Jabodetabek
(6) Rin
Kesempatan Kerja di Jabotabek
(7) Rn
2. Location Quiotient (LQ)
Penggunaan LQ sebagai salah satu teknik pengukuran yang paling terkenal dari model basis ekonomi untuk menentukan apakah setiap produk/jasa, kategori produk, industri atau sektor ekonomi regional yang pertumbuhannya siurai oleh analisis shift share, basis atau njon basis (soepono, 2001, 41). Jadi analisis LQ merupakan tindak lanjut atau pelengkap dari analisis shift share untuk menentukan sektor-sektor basis dan sektor non basis. Sektor Basis adalah sektor-sektor yang memiliki kesempatan kerja lebih dari cukup dan sektor non basis sebaliknya.
Keterangan :
Eij = Kesempatan kerja per sektor di Kabupaten Bogor
Ej = Kesempatan kerja total di Kabupaten Bogor
Ein = Kesempatan kerja per sektor di Jabodetabek (sebagai benchmark)
En = Kesempatan Kerja total di Jabodetabek
Asumsi utama dalam analisis LQ adalah bahwa semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat daerah (pola pengeluaran secara geografis adalah sama), produkvitas tenaga kerja adalah sama dan setiap industri menghasilkan barang yang sama (homogen pada setip sektor (Arsyad, 1999:317)
Bedsarakan formulasi yang ditujuakn dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkinan nilai LQ yang` dapat ditemukan, yaitu (Bendavid-Val, 1997 : 174) :
a. Nilai LQ di sektor i = 1. Ini berarti bahwa kesempatan kerja sektor i di daerah sama bupaten Bogor adalah sama dengan kesempatan kerja sektor yang sama dengan daerah Jabodetabek
b. Nilai LQ di sektor i > 1. Ini berarti kesempatan kerja sektor i di daerah Kabupaten Bogor adalah lebih besar dibandingkan dengan kesempatan kerja yang sama di jabodetabek. Dengan demikian sektor ini merupakan sektor unggulan Kabupaten Bogor sekaligus merupakan basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh Kabupaten Bogor.
c. Nilai LQ di sektor i < 1. Ini berarti kesempatan kerja sektor i di daerah Kabupaten Bogor adalah lebih kecil dibandingkan dengan kesempatan kerja yang sama di jabodetabek. Dengan demikian, sektor i bukan merupakan sektor unggulan Kabupaten Bogor dan bukan merupakan basis ekonomi serta tidak prosfektif untuk dikembangkan lebih lanjut oleh Kabupaten Bogor.
3. Pengganda Baris Lapangan Kerja (employment base multiplier)
Nilai pengganda Basis Lapangan Kerja (employment base multiplier) adalah nilai yang digunakan untuk melihat besarnya perubahan kesempatan kerja total untuk setiap satu perubahan kesempatan kerja di sektor basis, dihitung dengan rumus (Tarigan, 2005, 30) :
Perubahan kesempatan kerja total yang ditimbulkan bisa dirinci lagi mengenai banyaknya lapanbgankerja non basis yang tersedia. Ini dapat dihitung dengan rasio basis (Basic ratio). Rasio basis adalah perbandingan antara banyaknya lapangan kerja non basis yang tersedia untuk setiap satu lapangan kerja basis (Tarigan 2005, 30)
PEMBAHASAN
A. Analisis Shift-share
Kesempatan kerja di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari tahun 2004 – 2009 seperti terlihat pada tabel 2, menunjukan peningkatan sebanyak 160.897 (11 %) lebih tinggi jika dibandingkan Jabodetabek sebesar 85.776 (1,1 %). Namun tidak seluruh sektor di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan, hanya sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, keuangan, jasa, dan sektor lainnya, sedangkan sektor listrik, bangunan, perdagangan dan angkutan yang mengalami perubahan negatif (penurunan). Hal tersebut hampir sama dengan yang dialami di wilayah Jabodetabek kecuali sektor industri pengolahan dan sektor listrik, dua sektor ini berbeda diamana di Kabupaten Bogor, sektor listrik mengalami perubahan negatif dan industri olahan mengalami perubahan positif sedangkan di wilayah Jabodetabek sektor listrik, gas dan air mengalami peningkatan walaupun tidak secara signifikan dan Industri pengolahan mengalami penurunan sebesar 7 %.
Tabel 3
Perubahan Kesempatan Kerja Per Sektor
di Kabupaten Bogor dan Jabodetabek
Tahun 2004 - 2009
| | Kabupaten Bogor | Perubahan | JABODETABEK | Perubahan | ||||
No. | Lapangan Pekerjaan Utama | 2004 | 2009 | Absolut | Persen | 2004 | 2009 | Absolut | Persen |
| | (Eij) | (E*ij) | (orang) | (rij) | (Ein) | (E*in) | (orang) | (rin) |
1 | Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan | 274.260 | 326.260 | 52.000 | 19% | 425.473 | 509.681 | 84.208 | 20% |
2 | Pertambangan dan Penggalian | 17.691 | 27.840 | 10.149 | 57% | 36.987 | 63.210 | 26.223 | 71% |
3 | Industri Pengolahan | 290.730 | 319.575 | 28.845 | 10% | 1.985.580 | 1.844.780 | (140.800) | -7% |
4 | Listri, Gas, dan Air | 4.969 | 4.383 | (586) | -12% | 35.148 | 36.684 | 1.536 | 4% |
5 | Bangunan | 87.446 | 75.509 | (11.937) | -14% | 390.612 | 361.271 | (29.341) | -8% |
6 | Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel | 382.510 | 357.147 | (25.363) | -7% | 2.262.368 | 1.861.030 | (401.338) | -18% |
7 | Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi | 117.164 | 110.701 | (6.463) | -6% | 736.361 | 678.138 | (58.223) | -8% |
8 | Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan | 25.003 | 37.777 | 12.774 | 51% | 403.806 | 452.866 | 49.060 | 12% |
9 | Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan | 253.794 | 320.848 | 67.054 | 26% | 1.623.441 | 2.112.667 | 489.226 | 30% |
10 | Others | 34.424 | 34.424 | 65.225 | 65.225 | ||||
Total | 1.453.567 | 1.614.464 | 160.897 | 11% | 7.899.776 | 7.985.552 | 85.776 | 1,1% |
Di Kabupaten Bogor ini, sektor pertanian tetap yang paling banyak mengalami peningkatan kesempatan kerja selama 4 tahun ini, disusul sektor jasa kemasyarakatan, dan Industri pengolahan. Dapat dipahami bahwa peningkatan sektor pertanian ini masih dominan akibat Bogor merupakan kota hujan dan juga mempunyai lahan yang subur, sedangkan industri pengolahan dan jasa kemasyrakatan mengalami peningkatan akibat penduduk migran yang berdomisili di Bogor makin banyak hal ini disebabkan lahan di Jakarta dan sekitarnya mulai berkurang, terutama sekali munculnya berbagai perumahan di pinggiran kota Bogor.
Berdasarkan analisis shift-share (tabel 3), kesempatan kerja nyata yang terjadi di Kabupaten Bogor dapat dilihat berdasarkan komponen-komponen yang mempengaruhinya seperti komponen kesempatan kerja Jabodetabek, komponen bauran industri, dan komponen keunggulan kompetitif.
Laju kesempatan kerja di Jabodetabek sebesar 1,1 % telah menciptakan kesempatan kerja di Kabupaten Bogor bagi 15.783 orang. Sektor yang paling besar menciptakan kesempatan kerja sebagai pengaruh pertumbuhan kesempatan kerja Jabodetabek adalah sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa kemasyarakatan. Sedangkan sektor yang kurang menciptakan kesempatan kerja adalah listrik, pertambangan, dan persewaan. Pada sektor pertanian mampu menciptakan kesempatan kerja bagi 2.978 orang, sedangkan listrik hanya mampu menciptakan kesempatan kerja bagi 54 orang.
Pergeseran proporsional atau disebut juga pengaruh bauran industri merupakan perubahan relatif kinerja suatu sektor di Kabupaten Bogor terhadap sektor yang sama di Jabodetabek. Ada enam sektor ekonomi yang memiliki dampak bauran industri yang positif dalam perekonomian Kabupaten Bogor yaitu :
1. Sektor Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
3. Sektor Listrik, gas dan air
4. Sektor Jasa Kemayarakatan, Sosial dan perorangan
5. Sektor Persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan
Tabel 4
Hasil Perhitungan Shift-share Kabupaten Bogor
Tahun 2004 – 2009
| | Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Jabodetabek (Nij) | Komponen Bauran Industri (Mij) | Komponen Keunggulan Kompetitif (Cij) | Kesempatan Kerja Nyata (Dij) |
No. | Lapangan Pekerjaan Utama | ||||
| | ||||
1 | Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan | 2.978 | 51.303 | (2.281) | 52.000 |
2 | Pertambangan dan Penggalian | 192 | 12.350 | (2.393) | 10.149 |
3 | Industri Pengolahan | 3.157 | (23.773) | 49.461 | 28.845 |
4 | Listrik, Gas, dan Air | 54 | 163 | (803) | (586) |
5 | Bangunan | 949 | (7.518) | (5.369) | (11.937) |
6 | Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel | 4.153 | (72.010) | 42.493 | (25.363) |
7 | Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi | 1.272 | (10.536) | 2.801 | (6.463) |
8 | Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan | 271 | 2.766 | 9.736 | 12.774 |
9 | Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan | 2.756 | 73.725 | (9.427) | 67.054 |
10 | Others | - | - | - | - |
Total | 15.783 | 26.471 | 84.219 | 126.473 |
Sumber : BPS 2004 dan 2009, diolah
Sedangkan sektor lain mempunyai dampak bauran indutri yang negatif dalam perekonomian Kabupaten Bogor yaitu :
1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
2. Sektor Industri Pengolahan
3. Sektor Bangunan
4. Sektor Angkutan dan komunikasi
Pertumbuhan kesempatan kerja Jabodetabek sebagai kesempatan kerja referensi, yang menunjukan bagaimana pengaruh pertumbuhan kesempatan kerja Jabodetabek terhadap kesempatan kerja Kabupaten Bogor menunjukan nilai positif (Nij) pada setiap sektor ekonomi dengan total pengaruh bauran industri sebanyak 24.671 orang.
Dengan menggunakan analisis shift-share diketahui bahwa kurun waktu 2004 – 2009, kesempatan kerja Kabupaten Bogor mengalami pertumbuhan absolut atau mengalami kenaikan kesempatan kerja sebanyak 126.473 orang. Hal ini dapat dilihat dari nilai Dij yang positif pada sebagian sektor kegiatan ekonomi, kecuali sektor listrik, perdagangan, angkutan, dan bangunan. Kenaikan kesempatan kerja yang nyata tersebut disumbangkan oleh 5 sektor ekonomi terbesar sebagai berikut :
1. Sektor Pertanian
2. Sektor Perdagangan
3. Sektor Industri Pengolahan
4. Sektor Persewaan
5. Sektor Jasa Kemasyarakatan
Sedangkan sektor ekonomi yang kompetitif (lihat angka Cij yang positif) di Kabupaten Bogor selama periode pengamatan terdiri dari :
1. Industri Pengolahan
2. Perdagangan
3. Persewaan
4. Angkutan
Keempat sektor ekonomi di Kabupaten Bogor tersebut selama periode pengamatan telah menunjukan tingkat kekompetitifan yang semakin tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama di Jabodetabek. Nilai Cij yang negatif mengindikasikan bahwa sektor ekonomi tersebut mengalami penurunan competitiveness selama periode 2004 – 2009 adalah :
1. Pertanian
2. Pertambangan
3. Listrik
4. Bangunan
5. Jasa Kemasyarakatan
B. Analisis Location Quiotient (LQ)
Dengan menggunakan metode LQ seperti terlihat pada tabel 5, diketahui bahwa di Kabupaten Bogor selama periode 2004 – 2009 terdapat beberapa sektor kegiatan ekonomi yang bisa dijadikan sebagai sektor ekonomi basis, hal ini dapat dilihat dari angka rasio masing-masing sektor ekonomi yang menunjukan nilai lebih dari satu (yang memiliki LQ > 1) yang terdiri dari :
1. Pertanian
2. Pertambangan
3. Bangunan
Untuk nilai indeks SLQ yang sama dengan satu atau lebih besar dari satu mengandung pengertian bahwa sektor tersebut dapat menyediakan lapangan kerja untuk seluruh angkatan kerja yang ada di daerah tersebut atau daerah tersebut dapat memberikan lapangan kerja bagi daerah lain.
Tabel 5
Static Location Quotient
Kabupaten Malang
Tahun 2004 dan 2009
No. | Lapangan Pekerjaan Utama | 2004 | 2009 | Rerata | |
1 | Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan | 3,503 | 3,166 | 3,335 | |
2 | Pertambangan dan Penggalian | 2,599 | 2,179 | 2,389 | |
3 | Industri Pengolahan | 0,796 | 0,857 | 0,826 | |
4 | Listri, Gas, dan Air | 0,768 | 0,591 | 0,680 | |
5 | Bangunan | 1,217 | 1,034 | 1,125 | |
6 | Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel | 0,919 | 0,949 | 0,934 | |
7 | Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi | 0,865 | 0,807 | 0,836 | |
8 | Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan | 0,337 | 0,413 | 0,375 | |
9 | Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan | 0,850 | 0,751 | 0,800 | |
10 | Others | - | - | - |
Sumber : BPS 2004 dan 2009, diolah
Di negara terbelakang produksi pangan mendominasi sektor pertanian, sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal : ML Jhingan (1995)
1. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat.
2. Meningkatkan permintaan akan produk indutri dan dengan demikian akan mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tertier.
3. Menyediakan tambahan peengahsilan devisa untuk impor barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian.
4. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi oleh pemerintah.
5. Memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan.
Dari tabel 4 terlihat bahwa sektor tradisional (primer-pertanian) lebih potensial dibanding sektor lainnya, hal ini idendik dengan Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah penyangga sektor pertanian di Jabodetabek. Namun demikian seiring dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi daerah bahwa salah satu ciri dari kemajuan ekonomi tersebut indikatornya adalah adanya pergeseran struktur kegiatan ekonomi masyarakat dari sektor primer menuju ke arah sektor modern (tersier). Indikasi ini terlihat jelas di Kabupaten Bogor bahwa sektor sekunder dan tersier memiliki potensi yang relatif baik untuk dikembangkan di masa datang sebagaimana hasil analisis SLQ selama periode 2004 – 2009. Walaupun lambat namun sektor sekunder dan tersier seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan, serta sektor jasa-jasa telah menunjukan perubahan yang positif.
C. Analisis Pengganda Basis Lapangan Kerja (employment base multiplier)
Nilai pengganda basis kesempatan kerja menunjukkan besarnya total kesempatan kerja yang terjadi jika adanya perubahan pada sektor basis. Hasil perhitungan (tabel 6) menunjukkan bahwa besarnya angka pengganda kesempatan kerja di Kabupaten Bogor pada tahun 2004 sebesar 3,381 dan pada tahun 2009 justru menurun menjadi 3,378. Angka 3,381 ditafsirkan bahwa bila kesempatan kerja sektor basis meningkat 100 persen, akan mengakibatkan pertambahan kesempatan kerja total sebesar 338 persen yaitu 300 persen di sektor basis dan 38 persen di sektor non basis. Nilai pengganda basis kesempatan kerja di Kabupaten Bogo tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 3,378. Ini berarti peningkatan kesempatan kerja sektor basis sebesar 100 persen akan meningkatkan kesempatan kerja total sebesar 337 persen, yaitu 300 persen di sektor basis dan 37% di sektor non basis. Penurunan ini mengindikasikan bahwa kemampuan sektor basis dalam menciptakan lapangan kerja baru semakin menurun. Oleh karena itu, sektor-sektor basis yang merupakan sektor penyerap tenaga kerja yang tinggi harus ditata kembali agar kemampuannya meningkat dan tetap bisa bersaing dengan daerah lain. Selain itu dengan adanya kemampuan yang meningkat dari sektor basis diharapkan akan juga meningkatkan sektor non basis, sehingga seluruh sektor di Kabupaten Bogor akan berkontribusi dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Kabupaten Bogor.
Tabel 6 | |||
Angka Pengganda Basis Lapangan Kerja | |||
Kabupaten Bogor, 2004 - 2009 | |||
| | | |
No | Komponen Perhitungan | 2004 | 2009 |
1 | Kesempatan Kerja Basis | 379.397 | 429.609 |
2 | Kesempatan Kerja Non Basis | 1.074.170 | 1.184.855 |
3 | Total Kesempatan Kerja (1) + (2 ) | 1.453.567 | 1.614.464 |
4 | Pengganda Basis Kesempatan Kerja (3) : (1) | 3,831 | 3,758 |
5 | Rasio Basis (2) : (1) | 2,831 | 2,758 |
Sumber : Tabel 3, diolah
Simpulan dan Saran
A. Simpulan
1. Kesempatan kerja nyata di Kabupaten Bogor dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan kesempatan kerja di Jabotabek, keunggulan kompetitif, dan bauran industri. Berarti ketiga komponen tersebut akan menambah kesempatan kerja yang terjadi di Kabupaten Bogor,.
2. Sektor basis kesempatan kerja di Kabupaten Bogor pada tahun awal (2004) adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Empat tahun kemudian sektor basis masih tetap sama. Sektor-sektor ini adalah sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lebih dari cukup sehingga dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal (Kabupaten Bogor) dan juga untuk daerah lain. Sektor-sektor di luar sektor basis merupakan sektor non basis yakni sektor-sektor yang tidak mampu menciptakan kesempatan kerja yang cukup tinggi sehingga tidak dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal.
3. Perubahan kesempatan kerja di sektor basis akan membawa perubahan terhadap kesempatan kerja total dan kesempatan kerja di sektor non basis. Namun perubahan yang terjadi di Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 4 tahun justru menurun. Jika dibandingkan dengan tahun 2004, tiap kenaikan kesempatan kerja di sektor basis pada tahun 2009 memberikan dampak yang lebih kecil terhadap peningkatan kesempatan kerja total dan kesempatan kerja di sektor non basis. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena jika sektor-sektor basis tidak diberikan perhatian yang lebih untuk dikembangkan maka tidak menutup kemungkinan sektor-sektor ini di kemudian hari justru berubah menjadi sektor non basis.
B. Saran
1. Informasi mengenai sektor basis sangat penting karena sektor basis mampu memberikan gambaran mengenai potensi dan karakteristik sektor-sektor ekonomi sebagai salah satu acuan dalam menyusun perencanaan daerah.
2. Perlunya meningkatkan belanja pembangunan untuk mendorong sektor-sektor basis, sehingga menjadi sumber lapangan kerja bagi masyarakat Kabupaten Bogor, dan ini tentu akan meningkatkan PDRB Kabupaten Bogor.
3. Perlunya melihat kembali Rencana Tata Ruang dan Wilayah, sehingga dapat dikaji ulang agar setiap RTRW mampu mewujudkan peningkatan sektor basis yang akan menciptakan peningkatan ekonomi yang lebih baik.
4. Sektor-sektor basis memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menciptakan kesempatan kerja, menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor sehingga sektor ini akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu diperlukan kebijakan-kebijakan daerah yang mendukung berkembangnya sektor basis dengan harapan nantinya sektor ini juga akan mampu mengantar sektor-sektor non basis menjadi sektor basis.